Archive for May, 2009

ADUH BERISIK SEKALI ………

Pernahkah Saudara terbangun pada malam hari karena mendengar suara bising dari Knalpot Sepeda Motor? Bagi kita yang biasa tinggal didaerah perumahan mungkin hal ini jarang kita jumpai namun di daerah perkotaan hal ini akan menjadi hal yang “lumrah”. Belum lagi ruas-ruas jalan yang dijadikan balapan liar pada malam hari. Pengalaman seperti ini saya alami ketika berkunjung ke Samarinda beberapa hari yang lalu. Suara knalpot sepeda motor dari luar hotel bising banget sampai semalaman gue jadi susah tidur.

Berkaca dari pengalaman diatas saya mengusulkan agar pemerintah seharusnya mempunyai standarisasi tingkat kebisingan knalpot (noise) seperti yang saat ini juga sedang diusulkan oleh Federation of Asian Motorcycle Industries (FAMI).

Tahun 2007 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sebenarnya pernah mengajukan konsep agar tingkat kebisingan knalpot sepeda motor baru yang diproduksi mulai 2008 kebawah dengan mesin di bawah 125 cc harus 85 desibel. Sedangkan, sepeda motor dengan mesin di atas 125 cc, tingkat kebisingannya sebesar 90 desibel.

Namun, tingkat kebisingan sepeda motor yang diproduksi mulai 2008 ke atas harus berkurang menjadi 80 desibel untuk mesin dibawah 125 cc dan 85 desibel untuk mesin di atas 125 cc.

Sayangnya sampai saat ini pembicaraan mengenai konsep tingkat kebisingan knalpot menghilang di telan waktu.

Kalau Sepeda Motor baru saya yakin standar kebisingan knalpot masih dalam tataran yang wajar namun bagaimana dengan motor modifikasi dimana sang empunya motor telah menganti knalpotnya ?? Itu yang menjadi masalah …. Kadang sih mereka tidak sadar aja kalau itu akan menganggu ketenangan masyarakat pada umumnya.

Menjelang Pemilu mungkin “isu” ini dapat diperhatikan oleh Calon Presiden. Siapa tahu “isu” ini akan menarik perhatian masyarakat. Apalagi isu lingkungan dan peningkatan Kualitas Hidup Manusia Indonesia akan menjadi salah satu topik dalam debat capres/cawapres menjelang Pilpres nanti.

Kalaupun seandainya presiden terpilih nantinya setuju mengenai standarisasi noise dan mulai membuat rancangan UU noise, maka beliau beserta jajarannya seharusnya konsisten untuk menerapkannya dan menjadi pengawas. Jangan cuma sekedar “dijanjikan” pada awalnya dan kemudian hilang ditelan bumi. Biasalah Undang Undang ada tapi tidak lagi diawasi….

Kapan yah tidurku bisa enak dihotel tersebut ????

May 28, 2009 at 3:52 pm 7 comments

AKANKAN ROSSI JUARA DI MUGELLO?

header_bgSaya rasa judul diatas tidak akan terlalu mengagetkan kita semua mengingat Valentino Rossi memang selalu tampil “lebih dari super” di Mugello. Meraih tujuh kemenangan berturut-turut di sirkuit berkarakter cepat tersebut. Dengan prestasi seperti itu, tak heran bila bintang Fiat Yamaha itu pulang ke tanah kelahirannya sebagai unggulan utama.

Dan tahun ini, Rossi tentu punya motivasi ekstra untuk meneruskan rekor kemenangan tersebut mengingat dalam lomba terakhir di Le Mans, Prancis, dia membuat kesalahan langka, terjatuh dan gagal meraih poin.

Untuk menghentikan rekor Rossi, kecepatan motor sangatlah menentukan. Dan melihat karakter Mugello yang cepat, satu-satunya pabrikan yang mungkin mampu menghadang Rossi adalah pabrikan tuan rumah, Ducati. Khususnya lewat Casey Stoner.

Mugello memiliki trek lurus terpanjang di MotoGP, mencapai lebih dari 1,2 km. Dan semua penggemar MotoGP tahu, soal top speed, Ducati masih jagonya.

Atau, Melandri akan membuat terus menerus membuat kejutan. Wah MotoGP bakal semakin seru nih ………….

May 28, 2009 at 2:49 pm 8 comments

KOK ADA YANG GAGAL? APA PROSESNYA SALAH? (BAGIAN 2)

Berlawanan dengan traditional innovation yang telah gue bahas sebelumnya (BACA: KOK ADA YANG GAGAL? APA PROSESNYA SALAH? BAGIAN 1), banyak perusahaan-perusahaan diluar industri Sepeda Motor sekarang yang telah bergerak ke experience innovation yang lebih consumer-centric, di mana perusahaan memberi peluang yang sebesar-besarnya kepada konsumen untuk terlibat aktif mengembangan produk baru contohnya starbucks dan Nike.

Experience innovation inilah yang kemudian menjadi dasar co-creation yang didefinisikan sebagai proses kolaborasi yang kuat antara produsen dan konsumen dalam pengembangan produk baru. Kenyataannya, apabila Perusahaan sudah menjalankan proses co-creation dengan baik maka value dari produk tersebut akan lebih baik dari produk yang dihasilkan melalui traditional innovation.

Pasar yang semakin horizontal dan terbuka karena didorong perkembangan teknologi informasi terutama internet mengakibatkan proses co-creation semakin menemukan momentumnya karena internet mampu menyediakan platform yang memungkinkan interaksi antara perusahaan dan konsumen semakin mudah. Tidak heran kalau banyak ide dan saran dari blogger saat ini menjadi masukan bagi ATPM dalam pengembangan sepeda motor baru. Bahkan, terjadinya perang kata-kata diberbagai blog disinyalir menjadi ajang “oknum” ATPM untuk mencari tahu sisi positif dan negatif dari produk mereka.

Kemajuan teknologi informasi mendorong perilaku konsumen ikut berubah di mana mereka menuntut semakin dilibatkan dalam pengembangan sepeda motor baru sehingga ATPM mau tidak mau “dipaksa” untuk semakin melibatkan konsumen dalam pengembangan produk baru.

Sayangnya belum ada ATPM di Indonesia yang mempunyai “ruang” khusus di dunia maya untuk menampung aspirasi konsumen dalam mengembangkan sepeda motor baru seperti yang dilakukan Starbuck yang menggunakan mystarbucksidea.force.com untuk mencari ide dalam pengembangan produk mereka. Nike menggunakan NIKEid.com yang memungkinkan konsumen mendesain sendiri sepatu dan kaos yang mereka inginkan.

Kalau perusahaan dan konsumen sudah bisa berinteraksi dengan langsung, pertanyaannya adalah bagaimana peran riset pasar dalam co-creation?. Dalam traditional innovation, riset pasar yang paling sering digunakan adalah riset konvensional seperti focus group discussion dan survei.

Focus Group Discussion biasanya digunakan untuk Brainstorming eksplorasi ide-ide baru dan untuk produk tes, sementara survei digunakan untuk mengetahui peluang pasar dan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk baru yang akan diluncurkan.

Dalam co-creation, penggunaan teknik-teknik riset konvensional tidak cukup lagi karena riset konvensional menempatkan konsumen sebagai pihak yang pasif menunggu apa yang akan ditanyakan oleh produsen berlawanan dengan semangat co-creation yang menuntut konsumen yang lebih aktif (nah, disini pertanyaan yang diajukan banyak dalam bentuk essay, jadi lebih subjektif jawaban yang didapatkan).

Karena itu R&D dari ATPM seharusnya merubah paradigmanya dari yang semula sebagai “interogator” menjadi seorang “fasilitator” yang lebih banyak mendengar dan memfasilitasi interaksi antara ATPM dan konsumen.

Pertanyaannya, kalau ATPM menjalankan proses diatas? Apakah sudah tidak akan ada lagi produk gagal? Wah… susah deh jawabannya … Cuma tidak ada salahnya mencoba, toh perusahan multinasional telah melaksanakan dan buktinya mereka SUKSES SELALU …….

May 27, 2009 at 1:25 pm 5 comments

KOK ADA YANG GAGAL? APA PROSESNYA SALAH? (BAGIAN 1)

honda-cs11Proses pengembangan Sepeda Motor baru oleh ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) selalu menarik untuk disimak dan tentunya senantiasa ditunggu tunggu. Seperti proses melahirkan seorang bayi, pengembangan Sepeda Motor baru oleh ATPM merupakan tahapan proses yang penuh dengan tantangan dan berisiko tinggi. Pertanyaannya apakah produk yang dilahirkan akan sukses diterima oleh konsumen? Buktinya banyak produk baru ATPM yang disanjung sanjung diawal peluncurannya justru mengalami penjualan yang “mengecewakan”, contohnya ….. (diisi sendiri deh supaya tidak terjadi “perang” alias gue netral deh. Soalnya tidak ada ATPM yang luput dari hal ini).

Karena begitu berisikonya, proses pengembangan Sepeda Motor biasanya akan melibatkan konsumen. Secara umum proses pengembangan Sepeda Motor baru selama ini melalui berbagai tahap. Tahapan-tahapan pengembangan Sepeda Motor baru yang biasa dilakukan oleh ATPM adalah sebagai berikut:

hal04-05-ymh05-vega-zr-298x300Tahap awal adalah “Discovery” yang meliputi Idea Generation and Screening. Pada tahap ini biasanya dimulai dari studi pasar terkait dengan tren pasar, identifikasi perilaku konsumen, dan eksplorasi kebutuhan konsumen. Karena itu di fase ini peran riset pasar sangat menentukan. Riset pasar yang paling sering digunakan adalah riset konfensional seperti focus group discussion dan survei melalui questioner. Dari berbagai ide dasar yang didapatkan dari tahap idea generation kemudian akan disaring untuk mendapatkan ide yang relevan dengan Sepeda Motor yang akan di kembangkan.

Tahap berikutnya adalah “Development” yang meliputi Concept and Product Testing. Pada tahap ini tim R&D mulai menyusun berbagai alternatif konsep Sepeda Motor yang akan diluncurkan termasuk fitur dan value added yang akan didapatkan oleh konsumen, di mana alternatif konsep tersebut akan diuji kepada konsumen untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap berbagai alternatif konsep Sepeda Motor. (catatan: ATPM yang ada di Indonesia sering mengambil “konsep” dari teman pabrikan yang sama diluar negeri seperti Thailand makanya tak heran kalau produknya kadang 80% dijiplak konsepnya).

Tahap terakhir adalah “Commercialization” yang meliputi Product Launch and Evaluation. Setelah ATPM memutuskan Sepeda Motor yang akan diluncurkan, maka tahap ini adalah tahap yang paling krusial karena di tahap inilah ATPM akan mulai memperkenalkan dan mengomunikasikan Sepeda Motor tersebut ke pasar.

Kalau diperhatikan proses pengembangan Sepeda Motor yang ada di Indonesia sekarang, melalui proses yang tergambarkan di atas dimana ATPM memegang “faktor kendali” yang paling sentral. Semua proses pengembangan Sepeda Motor baru masih dikendalikan oleh ATPM, sementara konsumen ditempatkan sebagai subjek yang hanya dimintai opini terhadap produk tersebut. Inilah yang kemudian disebut sebagai Traditional New Product Development (NPD).

Hal diatas saya nilai wajar mengingat rata-rata Sepeda Motor yang diluncurkan di Indonesia hanya “dijiplak” dari model-model atau fitur-fitur yang selama ini telah diluncurkan diluar negeri khususnya Thailand yang selama ini menjadi trend setter industri Sepeda Motor Di Asean.

Kelemahan dari proses diatas adalah konsumen dalam menjawab questioner kadang “terkesan” telah diarahkan pada opini tertentu. Maklum kebanyakan questioner yang diajukan kebanyakan dalam bentuk multiple choice, dimana alternatif jawaban kadang sudah tersediakan. Seorang kawan dibagian survey bercerita bahwa questioner sengaja dibuat multiple choice karena kalau dalam bentuk essay, banyak pertanyaan yang tidak diisi. Alasannya, orang yang disurvey tidak punya ide untuk menjawab oleh karenanya dibutuhkan bantuan pilihan, repot !!!! Gimana mau mendapatkan produk yang betul betul berkualitas dan menghasilkan penjualan yang WOWWWWWWWWWW kalau caranya begini

May 24, 2009 at 3:22 pm 7 comments

Older Posts


2009

May 2009
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Top Clicks

  • None

Pages